Purnama
mendapatimu murung
Memetik
lembar-lembar malam
Yang
mengambang berlipat bayang
Di
atas pucuk-pucuk ranting
Jiwa
yang mengering
Berkerdip
tanahmu hendak menelan
Haus
bayang yang mengganjal
Kau
masih bergumam memeram sisa kemarau lalu
Musim
yang terluka
Yang
pahitnya kini dirasakan
Guguran
daunmu
Ketika
matahari menyepuh galaumu
Kau
berbagi sunyi dengan Sri Krisna
Lalu
Arjuna melepaskan busur panah
Menembus
malam yang koyak oleh dustamu
Kau
hendak membelah medan Kurusetra
Membangun
istana perang dengan mahkota api
Tapi,
laut memintal tasbih
Berdenyut
doa-doa pasupati pada hujan
Rintiknya
kini jatuh di tanahmu
Melukis
rerajahan sejarah berdebu
Gambar-gambar
berhuruf purba
Tentang
Kau, Aku, dan burung garuda
Kita
adalah rumah napas
Memberi
jantung pada pelipur lara
Menyulam
ringkih malam
Menjadi
dongeng-dongeng kawitan
(Batubulan, 19 Oktober 2019)
Puisi ini masuk sebagai nominasi Lomba Menulis Puisi di kalangan Guru se-Bali.
0 komentar:
Posting Komentar