Foto: id.depositphoto.com |
Di
bilik jantung kita
Memompa
getar ketakutan
Pada
setiap denyut tarikan napas kita
Dari
balik masker, orang-orang berkomat-kamit
Seperti
hendak membaca mantra teluh
Mengutuk
jejak bayang-bayangnya sendiri
Lalu
kau dan aku tersesat pada sebuah negeri patung
Tempat
kelebat curiga
Dipelihara
dalam kepak sayap-sayap kelelawar
Yang
lapar menelan siluet senja
Ah,
jalanan tiba-tiba kehilangan denyut nadi
Tak
menyediakan celah mimpi
Sebab
malam telanjur pecah menjadi kota mati
Di
sudut bola mata kita sendiri
Esok
menjadi lunglai
Namun,
jarum jam tak boleh lelah
Memutar
letih dini hari
Siapa
tahu kita berjumpa tujuh bidadari entah di detik perih keberapa
Lalu
kita akan berbagi pagi, sungai, dan kicau hari
Karena
esok mesti rampung kita tulis dalam buku Seribu Mimpi
Di
situlah kita menangkar asa
Membentengi
diri dari gulma prasangka dan konspirasi kura-kura
Sambil
menunggu jarak
Tenggelam
dalam bendungan rindu kita
Lalu
kita bayangkan sekolah
Sebagai
tempat berbagi ari-ari kita
(Batubulan,
Tumpek Landep, 18 Juli 2020) Puisi ini merupakan salah satu puisi yang masuk nominasi Lomba Menulis Puisi Guru Tingkat Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar