Foto: tempo.co |
Siapa
kau?
Seorang
diri terperangkap
di
hamparan ladang yang pecah
bimbang
hendak memanen bayang-bayang moyangmu
yang
renta
Siapa
kau?
Napasmu
retak dalam situs kemarau
siangmu
membuncah
gambar-gambar
pelangi tanah
Burung-burung
hinggap di tubuhnya
meminum
keringatnya sendiri
tak
bisa lagi kau titipkan arah
menuju
pelaminan buah
Siapa
kau?
Dari
kemarin duduk melafalkan mantra
tapi
mendung tak pernah lindap di lidahmu
kau
hanya mampu mengunyah malam
lalu,
memuntahkan cahaya bulan
pada
kanvas musim
menjelma
lukisan serupa pohon-pohon dari jantung hujan
Siapa
kau?
Dari
kemarin ibu-ibu protes
mengawetkan
lapar di atas ponapi
di
depan api, anak-anak menagih janji peri
mendongengkan
romansa palawija
hingga
dilelap mimpi
Keesokan
harinya petir meranggas di tubuhmu
retak
bersama lekuk garis-garis tanah.
(Batubulan, 25 Mei 2020)
Puisi ini masuk nominasi Lomba Menulis Puisi Tingkat Umum (Penyelenggara Penerbit Kertasentuh) dan dibukukan dalam antologi puisi nasional yang berjudul "Nayanika"
0 komentar:
Posting Komentar