Cerdas Menyikapi Hoax Erupsi Gunung Agung
Oleh
Ni
Ketut Tira Medani
Hoax memang sangat menyebalkan dan tidak
pandang bulu. Sekali saja ada berita bohong tersebar secara viral, bisa
menyebabkan kerusakan yang sangat parah. Setiap ada peristiwa terbaru, medsos
pun langsung dijejali oleh foto-foto dan video hoax. Tidak terkecuali sekarang,
saat Gunung Agung naik status ke level 'awas' dan berita evakuasi pun mulai
meluas. Secara bersamaan pula foto, video, serta tautan mulai dibumbui
dengan kebohongan yang berusaha merebut perhatian lewat berbagai
media sosial. Dengan diserangnya hoax ini masyarakat Karangasem menjadi sangat
panik.Foto: Phinemo.com
Beredarnya berita hoax yang kini marak di media sosial memicu keresahan serta
kepanikan masyarakat Bali, khususnya bagi para penduduk yang berada di radius 9-12
km dari puncak Gunung Agung atau dikenal
dengan zona berbahaya. Zona berbahaya yang termasuk itu ada 27 desa dari 78
desa di Karangasem. Mereka tentu merasa panik hingga belum sempat membereskan barang-barang yang
akan mereka bawa dan pasti ada yang ketinggalan.
Belum lama ini, dunia maya dihebohkan dengan
sebuah video yang diunggah di youtube yang mengabarkan “Gunung Agung meletus dahsyat beberapa saat lalu”. Video itu
menayangkan seolah-olah Gunung Agung sudah meletus. Dalam video tersebut
diperlihatkan Gunung Agung telah mengeluarkan lava pijar dan menyemburkan
awan panas. Padahal video tersebut bukan video Gunung Agung, namun video Gunung
Sinabung yang meletus.
Orang-orang
cenderung lebih percaya dengan informasi yang beredar di medsos,
terlebih lagi jika pengirim pesan itu adalah orang dekat. Hal ini yang kemudian
dimanfaatkan penebar hoax untuk
menebar kepanikan. Hoax tadi merembet ke berbagai format media
sosial dan memicu kegaduhan yang tidak perlu. Akibatnya, di malam yang sama
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani
mengeluarkan keterangan untuk menegaskan bahwa kabar yang beredar tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Selain merugikan masyarakat, hoax yang mengatakan Gunung Agung terkesan menakutkan itu juga merugikan bagi
pengusaha travel agent di Bali.
Mereka mengungkapkan bahwa berita tentang Gunung Agung memang terlalu
dibesar-besarkan. Jika berita ini tidak segera diantasipasi, maka pariwisata di
Bali dipastikan terganggu.
Sebenarnya yang ditakuti wisatawan jika suatu
saat Gunung Agung benar-benar meletus, mereka tidak bisa kembali ke negaranya
sesuai waktu yg diharapkan, karena penerbangan saat itu pasti akan ditutup.
Tetapi tidak, karena sudah disiapkan 9 bandara untuk mengantisipasi kepulangan
wisatawan jika Gunung Agung benar-benar meletus.
Oleh sebab itu, kita harus pandai menangkal berita yang tidak benar tersebut agar tidak mudah dipercaya oleh publik. Masyarakat pun diminta bijak untuk menggunakan media sosial dan saling berbagi informasi.
0 komentar:
Posting Komentar