Penerimaan
Siswa Baru,
Jalur Belakang Kian Marak
Foto: harianmomentum.com |
Menurut Putu Vivi Wardani, penerimaan siswa baru melalui jalur belakang sudah lama terjadi. Ia beryakinan bahwa setiap tahunnya pasti ada orang tua yang memilih jalur belakang untuk mendapatkan sekolah tertentu. “Hanya saja tahun ini dirasakan lebih marak,” terang siswi Smansa Denpasar yang kini duduk di kelas XII.
Senada
dengan hal ini, I Made Tio Kusuma menambahkan bahwa jalur belakang itu ibarat kentut.
Bentuknya tidak bisa dilihat, tapi baunya bisa dicium oleh masyarakat. “Sulit
untuk membuktikannya, tapi orang-orang sebenarnya udah tahu,” ujar Tio yang
masih sekelas dengan Vivi.
Pendapat
berbeda dikemukakan oleh Ni Komang Putri Lestari. Ia berpandangan bahwa eksisnya jalur belakang
ini disebabkan oleh pasar. Layaknya pasar, sekolah sebagai penjual dan
masyarakat sebagai pembeli. Kedua belah pihak merasa diuntungkan. Sekolah dapat
untung, orang tua juga merasa diuntungkan karena mendapat sekolah yang
diimpikan. “Sepanjang ada permintaan, saya yakin jalur ini tetap eksis,” ujar
siswi berpenampilan nyentrik ini.
Munculnya
jalur belakang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Menurut Vivi, faktor
utama penyebab munculnya jalur ini karena ada unsur pemaksaan dari orang tua.
Lebih rinci ia menjelaskan bahwa beberapa siswa yang tidak memenuhi syarat,
memaksa untuk sekolah di tempat tersebut. Akibatnya, orang tua harus menempuh jalur belakang
dengan cara membayar mahal.
Berbeda
dengan Vivi, Lestari justru mengungkapkan bahwa maraknya jalur pintu belakang
akibat ada unsur pembiaran dari pemerintah. Ia menilai bahwa pemerintah
sebetulnya sudah tahu, tetapi tidak mau bertindak untuk mengantisipasi kasus
ini. Bahkan konon, ada beberapa oknum pemerintah diisukan ikut-ikutan terlibat
dalam kasus ini. Oleh karena itu, Lestari mengusulkan agar ada lembaga
independen yang mengawasi dan menindak tegas kasus ini. “Kalau pemerintah tidak
bisa menanggulangi kasus ini, sebaiknya ada lembaga indepeden yang menangani
masalah ini nantinya,” usulnya.
Agar tidak merugikan banyak orang, Tio justru punya usul lain. Ia menyarankan agar sekolah membuat peraturan yang tegas tentang penerimaan siswa baru dan mempromosikan secara terbuka. Di samping itu, ia juga mengusulkan agar masyarakat dan pemerintah bekerjasama mengawasi dengan ketat sistem penerimaan siswa pada tahun mendatang. “Masyarakat dan pemerintah harus lebih ketat mengawasi penerimaan siswa baru pada tahun mendatang, “ ungkapnya. (Tria)
0 komentar:
Posting Komentar