I Nyoman Aditya Parwangsa
Pertama Langsung Sabet Perak
Bagi Adit, prestasi ini
sungguh di luar dugaan. Pasalnya, ia tidak memiliki latar belakang yang kuat
sebagai peneliti. Pria yang lahir pada tanggal 5 November 2002 ini memulai
kecintaannya terhadap research sejak
kelas X (satu tahun lalu). Bermodalkan dengkul, ia iseng-iseng masuk ektra
jurnalitik di sekolahnya.
Jam terbang mengikuti
lomba-lomba pun masih sangat minim. Momen keikutsertaannya dalam ajang kemarin
di Malaysia merupakan yang pertama kalinya. Sebelumnya, pria yang duduk
dibangku kelas XI ini belum pernah sekalipun ikut lomba penelitian ilmiah baik
tingkat kota, provinsi, maupun nasional. Karena itulah, dirinya tidak pernah
membayangkan akan mendapat medali merak.
Minim pengalaman, tidak
menyebabkan Adit minder dan patah semangat. Sebelum berangkat ke Malaysia, Adit
harus konsen selama kurang lebih 2 bulan untuk menyelesaikan penelitiannya. Di
samping itu, ia juga terus berlatih untuk memantapkan skil berbahasa Ingrisnya.
Syukurnya, kedua orang tuanya sangat mendukung. Inilah suntikan semangat
sampingan yang membuat ia makin bersemangat untuk mengikuti lomba karya ilmiah
kemarin. “Di samping niat dan kemauan, dukungan papa-mama juga sangat berharga
hingga aku seperti sekarang,” tutur pria berzodiak Scorpio ini.
Tiba di Kuala Lumpur,
Adit sempat gentar. Pria pasangan dari I Wayan Parwata dan Ni Wayan Putri
Anggeriani ini sempat pesimis. Pasalnya, jumlah pesertanya tergolong cukup
banyak. Total negara yang ikut berpartisipasi ialah 10. Namun, masing-masing
negara itu mengirim banyak tim. Tim
paling banyak berasal dari Malaysia. Sedangkan, Indonesia paling sedikit, hanya
dua tim yaitu dari SMAN 8 dan SMAN 4 Denpasar.
Untuk mengatasi rasa
grogi itu, Adit membulatkan tekadnya. Karena ia sadar, dirinya berjuang membawa
nama besar RI. Beban yang tentu sangat berat bagi dirinya. Akan tetapi, ia berusaha
tenang ketika mempresentasikan hasil penelitiannya. Karena dia yakin apa pun
yang dilakukan dengan penuh keseriusan dan kerja keras pasti akan mendapat
hasil setimpal. Filosofi inilah yang menumbuhkan rasa percaya dirinya. “Jangan
berpikir pertama kali. Itu bakal bikin minder. Lakukan dengan serius, semangat,
yakin, dan doa. Semua akan menjadi biasa,” ujar alumni SMP Cipta Dharma ini.
Meskipun sudah
berprestasi di tingkat internasional, namun tidak membuat Adit tinggi hati.
Pria berbadan tambun ini tetap dikenal sebagai sosok yang murah senyum, supel
dan santun terhadap semua orang. Baginya, prestasi hanya motivasi untuk belajar
lebih giat dan tekun lagi. “Prestasi bukan untuk dibangga-banggakan!” sarannya.
(Dayu Tantri)
0 komentar:
Posting Komentar