Senin, 24 Oktober 2016



SELEKTIF DALAM MENCARI TEMAN

Dunia tanpa teman memang terasa hampa. Sebagai mahkluk zoon politikon, kita tidak bisa lepas dari kondisi saling komplementer satu sama lain. Hal ini mengingat manusia ditakdirkan dengan harga mati yaitu memiliki kekurangan. Motif inilah yang mendorong manusia untuk mencari teman. Karena dengan teman proses sinkronisasi kekuatan dapat tercipta menuju spirit pencapaian sesuatu. Persoalannya, seberapa tinggi kemampuan sosial kita untuk mencari teman?

Dikaitkan dengan aktivitas pertemanan, tidak jarang ketika sebagai makhluk individu manusia memiliki karakteristik tersendiri. Dari kecerdasan sosialnya paling tinggi sampai yang paling rendah (kuper). Bersyukurlah jika kita memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. Kita dapat mencari teman dengan relatif lebih mudah. Sebaliknya, jika kita tergolong memiliki kecerdasan sosial yang rendah maka aktivitas mencari teman menjadi suatu kendala. Tentu diperlukan strategi dan motivasi untuk mencari teman.

Kiat mencari teman
Maiz (2010) menyebutkan bahwa ada beberapa kiat untuk mencari teman. Kiat-kiat itu pada esensinya beorientasi pada diri kita sendiri, misalnya kecerdasan berdialog (tidak berdebat/ saling menjatuhkan). Kecerdasan berdialog yang dimaksud ialah menjadi bagian dari aktivitas pertemanan dengan kemampuan menjaga balansi percakapan. Tentu kecerdasan berdialog menuruti etikanya, yakni diam ketika dia bicara, bersuara dengan lemah lembut, konsentrasi dalam menyimak, bersikap tenang, wajah selalu ceria, menghargai pendapatnya, bijak dalam menjawab, dan jangan lupa sebutlah namanya untuk meningkatkan ke-pede-annya.
Di samping itu, bergaullah dengan baik. Kuncinya pada kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Pada umumnya orang menyenangi seseorang yang memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Kunci lain dalam mencari teman yakni ramah. Misalnya ramah dalam hal bicara (artinya bicara dengan sopan) dan ramah dalam bersikap (tidak menyakiti secara fisik maupun batin).
Menyapa juga menjadi faktor penting dalam mencari teman. Hendaknya jangan pelit dalam menyapa. Kita harus murah sapa. Sapaan pertanda kita memperhatikan keadaannya. Sapaan dapat dilakukan dengan ucapan yang sopan, lambaian tangan (karena jarak jauh dan tak memungkinkan untuk mendekatinya), dan sapaan isyarat (misalnya, dengan senyuman atau isyarat mata). Hal penting lainnya ialah peduli si dia. Peduli saat ia duka, misalnya dalam kondisi tertimpa bencana alam, ada kematian di keluarganya, ekonominya terpuruk, sakit, dan saat ia sedih. Pun saat ia bahagia, misalnya saat ia ulang tahun, menikah, dan saat ia sukses dalam bidang tertentu. Bentuk kepedulian lainnya bisa dengan kirim salam. Kelihatannya sepele, tetapi kirim salam besar pengaruhnya dalam menarik simpati seseorang. Kirim salam bisa dilakukan dengan perantara orang lain, lewat surat, SMS, dan e-mail.
Kiat lain yang bisa ditempuh ialah traktir atau undang dia makan bersama. Mentraktir bukan berarti menunjukkan rasa pamer, sombong maupun boros melainkan untuk menunjukkan loyalitas berteman, memperdalam persahabatan dan juga mengetahui seleranya.

Kriteria teman baik
            Kendati kita memerlukan banyak teman dalam hidup ini, namun bukan berarti kita boleh berteman dengan sembarangan. Di sekolah, kampus, kantor, pasar dan termasuk dunia maya ada banyak calon teman. Ruang-ruang ini berkumpul banyak orang dengan beragam karakter dari paling baik sampai paling jahat. Oleh karena itu, diperlukan sikap selektif memilih teman agar hidup kita tidak hancur. Selektif memilih tidak berarti fanatik/ egois tetapi merupakan wujud sikap yang tenang dan kehati-hatian.
            Teman merupakan hubungan yang bersifat kooperatif, komplementer, dan bersifat simbiosis mutualisme. Konsep ini tentu berbeda pada setiap individu. Artinya, seberapa besar pengaruhnya hubungan kita dengan seseorang baik terhadap sikap, ideologi, pandangan hidup guna mencapai tujuan hidup. Ini sangat individualistik. Hubungan pertemanan si A dengan si B berlangsung luar biasa tetapi ketika si A berteman si C berlangsung biasa saja. Dengan kata lain, konsep teman yang ideal sifatnya individual.  Kendati demikian, ada beberapa standar umum yang bisa dijadikan acuan dalam mencari teman.
            Pertama, teman sebagai tempat curhat. Artinya, ia bisa menjadi tempat curahan hati suka maupun duka. Bahkan menjadi tempat mencurahkan masalah paling rahasia pun. Tidak jarang kita mempunyai masalah rahasia yang tak mampu kita utarakan dengan keluarga sekalipun tetapi bisa dicurahkan dengan seorang teman. Tentu dasar pertimbangannya harus kuat. Teman curhat ialah teman yang kita percayai (bisa menjaga rahasia), perhatian kepada kita (perhatian dan tidak mencari muka), merespon dengan baik, dewasa dalam bersikap, selalu setia, ikhlas, adil dan pintar.
            Kedua, teman sebagai spirit hidup. Setiap orang pasti pernah merasa lelah menjalani hidup mungkin karena kecewa, frustasi, ditipu/dihianati dan lain sebagainya.
Dalam konteks inilah kita membutuhkan seseorang yang bisa memberikan spirit dan motivasi hidup. Kita membutuhkan teman sebagai guru dan penasehat. Kita perlu teman yang bisa memberikan spirit membangun, bermakna, berkualitas dan bermanfaat sehingga kita bisa lepas dari belenggu masalah. Akhirnya, kita menjadi lebih semangat dalam berprestasi.
            Ketiga, memajukan bisnis kita. Memilih teman bisnis memang mesti hati-hati. Ada istilah ”teman ya teman dan bisnis ya bisnis”. Dalam dunia bisnis, istilah ini sering diselewengkan menjadi mitra bisnis yang bersifat parasit. Satu pihak mencari untung dan yang lainnya dirugikan bahkan sampai bangkrut. Oleh karena itu, pilihlah teman bisnis yang jujur, kerja keras, mau saling terbuka, komitmen dengan kesepakatan, dan bisa dipercaya.
            Keempat, teman sebagai inspirasi. Seringkali inspirasi muncul karena aktivitas berteman. Tiba-tiba ide muncul saat kita bincang-bincang. Bisa juga ketika melihat karya-karyanya. Atau dari sikap dan polah tingkah lakunya selalu mengilhami kita tentang sebuah ide.
            Kelima, teman sebagai teman hidup. Tidak ada orang yang bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan teman hidup (bukan pasangan hidup) untuk kelangsungan hidup. Kita membutuhkan kelebihannya untuk menutupi kelemahan kita. Semakin banyak teman, kita bisa mendapatkan komparasi nilai plus untuk meningkatkan kualitas jati diri kita dalam menjalani hidup ini. I Ketut Serawan, guru swasta ’warawiri’ di Denpasar.
           

0 komentar:

Posting Komentar