SELEKTIF
DALAM MENCARI TEMAN
Dunia tanpa teman memang terasa hampa. Sebagai mahkluk zoon politikon,
kita tidak bisa lepas dari kondisi saling komplementer satu sama lain. Hal
ini mengingat manusia ditakdirkan dengan harga mati yaitu memiliki kekurangan.
Motif inilah yang mendorong manusia untuk mencari teman. Karena dengan teman proses sinkronisasi kekuatan
dapat tercipta menuju spirit pencapaian sesuatu. Persoalannya, seberapa
tinggi kemampuan sosial kita untuk mencari teman?
Dikaitkan
dengan aktivitas pertemanan, tidak jarang ketika sebagai makhluk individu
manusia memiliki karakteristik tersendiri. Dari kecerdasan sosialnya paling
tinggi sampai yang paling rendah (kuper). Bersyukurlah jika kita memiliki
kecerdasan sosial yang tinggi. Kita dapat mencari teman dengan relatif lebih
mudah. Sebaliknya, jika kita tergolong memiliki kecerdasan sosial yang rendah
maka aktivitas mencari teman menjadi suatu kendala. Tentu diperlukan strategi
dan motivasi untuk mencari teman.
Kiat mencari
teman
Maiz
(2010) menyebutkan bahwa ada beberapa kiat untuk mencari teman. Kiat-kiat itu
pada esensinya beorientasi pada diri kita sendiri, misalnya kecerdasan
berdialog (tidak berdebat/ saling menjatuhkan). Kecerdasan berdialog yang
dimaksud ialah menjadi bagian dari aktivitas pertemanan dengan kemampuan
menjaga balansi percakapan. Tentu kecerdasan berdialog menuruti etikanya, yakni
diam ketika dia bicara, bersuara dengan lemah lembut, konsentrasi dalam
menyimak, bersikap tenang, wajah selalu ceria, menghargai pendapatnya, bijak
dalam menjawab, dan jangan lupa sebutlah namanya untuk meningkatkan
ke-pede-annya.
Di
samping itu, bergaullah dengan baik. Kuncinya pada kesabaran dan keikhlasan
yang luar biasa. Pada umumnya orang menyenangi seseorang yang memiliki
kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Kunci lain dalam mencari teman yakni
ramah. Misalnya ramah dalam hal bicara (artinya bicara dengan sopan) dan ramah
dalam bersikap (tidak menyakiti secara fisik maupun batin).
Menyapa
juga menjadi faktor penting dalam mencari teman. Hendaknya jangan pelit dalam
menyapa. Kita harus murah
sapa. Sapaan pertanda kita memperhatikan keadaannya. Sapaan dapat dilakukan
dengan ucapan yang sopan, lambaian tangan (karena jarak jauh dan tak
memungkinkan untuk mendekatinya), dan sapaan isyarat (misalnya, dengan senyuman
atau isyarat mata). Hal penting lainnya ialah peduli si dia. Peduli saat ia
duka, misalnya dalam kondisi tertimpa bencana alam, ada kematian di
keluarganya, ekonominya terpuruk, sakit, dan saat ia sedih. Pun saat ia
bahagia, misalnya saat ia ulang tahun, menikah, dan saat ia sukses dalam bidang
tertentu. Bentuk kepedulian lainnya bisa dengan kirim salam. Kelihatannya
sepele, tetapi kirim salam besar pengaruhnya dalam menarik simpati seseorang.
Kirim salam bisa dilakukan dengan perantara orang lain, lewat surat, SMS, dan
e-mail.
Kiat
lain yang bisa ditempuh ialah traktir atau undang dia makan bersama. Mentraktir
bukan berarti menunjukkan rasa pamer, sombong maupun boros melainkan untuk
menunjukkan loyalitas berteman, memperdalam persahabatan dan juga mengetahui
seleranya.
Kriteria teman
baik
Kendati kita memerlukan banyak teman dalam hidup
ini, namun bukan berarti kita boleh berteman dengan sembarangan. Di sekolah,
kampus, kantor, pasar dan termasuk dunia maya ada banyak calon teman. Ruang-ruang
ini berkumpul banyak orang dengan beragam karakter dari paling baik sampai
paling jahat. Oleh karena itu, diperlukan sikap selektif memilih teman agar
hidup kita tidak hancur. Selektif memilih tidak berarti fanatik/ egois tetapi
merupakan wujud sikap yang tenang dan kehati-hatian.
Teman merupakan hubungan yang
bersifat kooperatif, komplementer, dan bersifat simbiosis mutualisme. Konsep
ini tentu berbeda pada setiap individu. Artinya, seberapa besar pengaruhnya
hubungan kita dengan seseorang baik terhadap sikap, ideologi, pandangan hidup guna
mencapai tujuan hidup. Ini sangat individualistik. Hubungan pertemanan si A dengan si B berlangsung
luar biasa tetapi ketika si A berteman si C berlangsung biasa saja. Dengan kata lain, konsep teman yang ideal sifatnya
individual. Kendati demikian, ada beberapa
standar umum yang bisa dijadikan acuan dalam mencari teman.
Pertama, teman sebagai tempat
curhat. Artinya, ia bisa
menjadi tempat curahan hati suka maupun duka. Bahkan menjadi tempat mencurahkan
masalah paling rahasia pun. Tidak jarang kita mempunyai masalah rahasia yang
tak mampu kita utarakan dengan keluarga sekalipun tetapi bisa dicurahkan dengan
seorang teman. Tentu dasar pertimbangannya harus kuat. Teman curhat ialah teman
yang kita percayai (bisa menjaga rahasia), perhatian kepada kita (perhatian dan
tidak mencari muka), merespon dengan baik, dewasa dalam bersikap, selalu setia,
ikhlas, adil dan pintar.
Kedua, teman sebagai spirit hidup. Setiap
orang pasti pernah merasa lelah menjalani hidup mungkin karena kecewa,
frustasi, ditipu/dihianati dan lain sebagainya.
Dalam konteks inilah
kita membutuhkan seseorang yang bisa memberikan spirit dan motivasi hidup. Kita
membutuhkan teman sebagai guru dan penasehat. Kita perlu teman yang bisa
memberikan spirit membangun, bermakna, berkualitas dan bermanfaat sehingga kita
bisa lepas dari belenggu masalah. Akhirnya, kita menjadi lebih semangat dalam
berprestasi.
Ketiga, memajukan bisnis kita. Memilih
teman bisnis memang mesti hati-hati. Ada istilah ”teman ya teman dan bisnis ya
bisnis”. Dalam dunia bisnis, istilah ini sering diselewengkan menjadi mitra
bisnis yang bersifat parasit. Satu pihak mencari untung dan yang lainnya
dirugikan bahkan sampai bangkrut. Oleh karena itu, pilihlah teman bisnis yang
jujur, kerja keras, mau saling terbuka, komitmen dengan kesepakatan, dan bisa
dipercaya.
Keempat, teman sebagai inspirasi. Seringkali
inspirasi muncul karena aktivitas berteman. Tiba-tiba ide muncul saat kita
bincang-bincang. Bisa juga ketika melihat karya-karyanya. Atau dari sikap dan
polah tingkah lakunya selalu mengilhami kita tentang sebuah ide.
Kelima, teman sebagai teman hidup. Tidak ada orang yang bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan teman hidup (bukan
pasangan hidup) untuk kelangsungan hidup. Kita membutuhkan kelebihannya untuk
menutupi kelemahan kita. Semakin banyak teman, kita bisa mendapatkan komparasi
nilai plus untuk meningkatkan kualitas jati diri kita dalam menjalani hidup
ini. I Ketut Serawan, guru swasta ’warawiri’ di Denpasar.
0 komentar:
Posting Komentar